Saat kecil, ia bermimpi berjalan di antara gemintang. Kini sebagai pengusaha tekonologi yang sukses, wanita keturunan Iran-Amerika ini mewujudkan impiannya melalui perjalanan ke luar angkasa. Oleh Merium Kazmi.
Delapan tahun yang lalu, Anousheh Ansari menjadi pemberitaan saat ia menjadi Muslimah pertama yang pergi ke luar angkasa. Pada 18 September 2006, wanita keturunan Iran-Amerika ini bergabung dengan sekelompok kru berjumlah tiga orang dalam persinggahan delapan hari ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) dengan pesawat ulang alik RusiaSoyuz TMA-9, beberapa hari setelah ulang tahunnya yang ke-40. Anousheh sebelumnya diundang untuk berlatih sebagai pengganti Daisuke Enomoto, wisatawan luar angkasa pribadi dari Jepang. Saat ia terdiskualifikasi karena masalah kesehatan, Anousheh menjadi bagian dari kru.
Ia menjadi bagian dari sejumlah Muslimah berbakat dan berpendidikan yang membuat pencapaian tidak biasa, dan menggunakan pengalaman tersebut untuk menginspirasi orang lain untuk juga meraih pencapaian tertentu. Perjalanannya yang luar biasa memukau penonton di seluruh dunia dan menginspirasi orang muda maupun tua – termasuk sesama orang Iran, yang meninggalkan pesan berisi dukungan dan pujian di situsnya yang ditulisi dari luar angkasa, menjadikannya orang pertama yang menulis blog dari ISS.
“Halo dunia! Saya tidak tahu siapa yang membaca ini. Mungkin Anda seorang gadis muda, yang penasaran ingin tahu siapa saya… Mungkin seorang lelaki muda yang menyukai foto saya di koran… Mungkin seseorang yang selalu mengimpikan terbang ke luar angkasa dan ingin mengetahui bagaimana rasanya hampir mewujudkan mimpi tersebut…”
Saat berada dalam masa karantina sebelum peluncuran, dan sebagian besar waktunya di ISS juga sesudanya, Anousheh menggunakan blognya untuk mengisahkan detil pengalaman perjalanan laur angkasanya. Sesekali ia menulis sejak 9 September hingga 23 Oktober 2006. Berbagai pujian, perhatian media, dan dalam beberapa kesempatan kritik yang muncul di media mendorongnya untuk membagikan pengalamannya selama berada dalam perjalanan yang menakjubkan tersebut.
“Ini adalah blog pertama saya. Biasanya saya sangat menutup diri, namun dengan apa yang terjadi dalam hidup saya, saya merasakan adanya kewajiban untuk membagikan pengalaman ini dengan semua orang di luar sana.”
Sebagaimana kisah kebanyakan wanita hebat lain, perjalanan luar angkasanya bukan tanpa kontroversi. Bagi banyak orang di media dan masyarakat umumnya, ia adalah perwujudan pahlawan, sumber inspirasi bagi mereka yang mencari tokoh panutan wanita yang cerdas dan kuat. Meski begitu, bagi beberapa lainnya, ia tidak lebih dari wanita keturunan Iran-Amerika yang kaya dengan uang untuk dihamburkan. Menurut perkiraan, Anousheh membayar US$20 juta (Rp239 miliar) untuk mendapat kesempatan berpartisipasi dalam perjalanan luar angkasa, yang menurut beberapa orang lebih baik digunakan untuk krisis makanan dunia. Ia menanggapi hal ini dengan lugas di blognya dengan menjelaskan sumber kekayaannya yang tidak sedikit dan menekankan bahwa adalah haknya sendiri untuk menentukan cara menggunakan uang yang didapatkannya melalui kerja keras.
“Dari mana asal uang saya… Dari kerja keras, sangat banyak risiko, dan berbagai pengorbanan yang harus dilakukan oleh saya dan keluarga. Apakah kami memiliki hak untuk memutuskan ingin melakukan apa dengan uang yang didapat dari kerja keras ini? Saya pikir begitu! Apakah ini artinya saya egois dan tidak peduli akan pnderitaan yang ada di dunia? Yah, saya harus bilang bahwa Anda perlu mengenal saya dengan lebih baik dan temukan sendiri jawabannya.”
“Saya juga berpikir banyak orang yang kelaparan buka karena kekurangan makanan atau bantuan dari negara lain namun karena kurangnya sistem yang efektif dan jujur dalam menyalurkan makanan ke anak-anak yang kelaparan.”
Menurut New York Times, dalam persiapan menuju peluncuran, media Iran yang dikelola negara umumnya bergembira menyambut usahanya yang terlihat dengan orang-orang mengadakan acara kumpul-kumpul, fitur-fitur memuji usahanya, dan beberapa lainnya menuliskan pesan-pesan dukungan di situs dan blognya.
Anousheh juga meraih serangkaian gelar perdana pada kunjungannya ke ISS di tahun 2006. Selain merupakan Muslimah pertama, ia juga adalah “penjelajah luar angkasa pribadi” dan “duta luar angkasa” keturunan Iran pertama dan wanita pertama yang melakukannya.[i] Namun pada situsnya ia tidak banyak memberikan perhatian pada statusnya sebagai Muslimah. Saat ditanyakan bagaimana latar belakang Irannya membentuk dirinya saat ini, jawabannya tidak mengandung acuan pada latar belakang budaya maupun peran yang dimainkan agama dalam hidupnya.
“Saya seorang warga negara AS yang lahir di Iran. Kedua negara adalah bagian dari diri saya. Akar saya ada di Iran dan Amerika telah memberi saya kesempatan yang tidak mungkin saya dapatkan di Iran dan membuat saya bisa mewujudkan mimpi saya. Secara khusus, budaya Iran membuat saya membuat saya berfokus pada pendidikan dan memiliki etika kerja yang kuat dalam keseharian saya. Kedua negara adalah bagian dari diri saya.”
Pada tahun 2010, My Dream of Stars: From Daughter of Iran to Space Pioneer, sebuah memoir yang ditulisnya bersama penulis Homer Hickman, diterbitkan. Buku tersebut adalah pengingat mengharukan akan perjalanannya dari tempat kelahirannya di Mashad, Iran di mana dibawa ke Baikonur, Karakhstan, tempat lepas landas misi Soyuz TMA-9 ke ISS.
Meski saat kecil Anousheh mengimpikan “misteri luar angkasa” dan “berjalan di antara gemintang”, pendidikan yang baik adalah hal yang mendorongnya memasuki bisnis komunikasi. Ia memiliki gelar sarjana dalam bidang elektronika dan teknik komputer dari George Mason University dan master dalam bidang teknik kelistrikan dari George Washington University. Dibarengi dengan jiwa wirausaha yang kuat, latar belakang akademiknya memberinya sarana untuk mewujudkan mimpinya untuk berwisata luar angkasa.
Jadi mungkin tidak mengejutkan bahwa ia (bersama suaminya, Hamid) mendirikan tidak hanya satu, tetapi dua perusahaan teknologi tersendiri sepanjang perjalanan karir suksesnya. Perjalanannya ke luar angkasa terjadi bersamaan dengan peluncuran perushaan teknologi konsumen Prodea System, di mana saat ini ia bertindak sebagai ketua, CEO, dan rekan pendiri.
Meski Anousheh digadangkan sebagai “wanita penjelajah luar angkasa pribadi pertama dan duta luar angkasa pertama”, wanita muda di berbagai balahan dunia (termasuk non-Muslim) mengagumi dan menghormatinya karena “bermimpi dan mewujudkan hal yang tidak mungkin”. Tidak ada yang lebih disukai oleh masyarakat penuh harap daripada mengikuti jejak mereka yang sukses dengan cara mereka sendiri. Itulah yang berusaha diraih Anousheh dengan tekad kuat. Dalam prosesnya, ia menginspirasi jutaan wanita muda untuk melakukan hal yang sama.
“Saya tidak suka diidealkan atau menjadi ikon. Saya tidak istimewa. Saya hanya menemukan cahaya di dalam diri saya yang Anda semua juga miliki dan mendapatkan kekuatan saya dari sana. Tampaknya saya telah menemukan kunci untuk membuka hati dan jiwa Anda hingga sekarang Anda bisa meraih ke dalam diri Anda sendiri dan mendapat kekuatan dari sana.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar